MENGENANG SERIBU HARI TANPA KEHADIRANMU ( PART 1 )


KEBAIKAN YANG TERTANAM

25 Februari 2021

Tiga tahun yang lalu, tepatnya awal tahun 2018, Ahad pagi aku baru sampai di rumah bersama kakakku yang sama-sama merantau di Jakarta. Kami pulang Sabtu tengah malam dengan rasa begitu gelisah setelah paginya mendapat kabar bahwa Bapak sejak hari Kamis sudah tidak bisa berdiri dengan baik. Seminggu sebelum kepulanganku itu, kakakku di rumah terus bertanya jadwal kuliahku hari apa saja, hal yang tidak biasa.

Sepertinya kakakku tahu bahwa harus menyelesaikan kuliahku dulu, bahkan Sabtu pagi aku masih ke Education Expo di salah satu hotel ternama di Jakarta. Tepat sebelum berangkat ke expo, kakakku di rumah baru memberi kabar tapi aku tidak bisa segera pulang karena travel pagipun sudah tidak ada, naik bus juga tidak paham alurnya karena baru sebulanan di Jakarta. Akhirnya harus menunggu travel untuk pulang malam harinya bersama kakakku di Jakarta Barat setelah dia bekerja.

Perjalanan malam itu terasa begitu cepat, hanya 4 jam perjalanan. Pagi-pagi sekali kami berniat membawa Bapak ke puskesmas untuk di rawat, tapi seingatku ditolak karena kondisinya sudah parah dan Bapak tidak mau ke rumah sakit, sehingga pulang lagi ke rumah. Kemudian, jam 9 pagi aku menemani Bapak yang sudah mau makan, tumben kata mamaku. Biasanya susah makan katanya, sehingga aku sedikit lega karena ada perkembangan.

Tapi saat menemani Bapak, ternyata Bapak sudah tidak ingat namaku. Bahkan hanya memanggil nama mbak iparku. Sedih sekali rasanya, tapi mungkin ini memang yang harus dihadapi. Aku juga memang jarang di rumah karena merantau, jadi wajar saja.

Pagi hingga siang hari itu serasa baik-baik saja, apalagi banyak saudara & teman Bapak datang menjenguk. Tapi, menjelang ashar terasa berbeda. Bapak seperti ingin minum terus, aku menyuapi dan terus disampingnya. Sampai salah seorang yang berkunjung berkata agar aku berhenti. Orang itu bilang sudah cukup, takutnya Bapak justru sedang digoda agar hanya ingat minum dan lupa sama Allah. Terus lafalkan asma Allah jangan berhenti, katanya.

Singkat cerita, setelah sholat Ashar dan pergi membeli keperluan Bapak, Aku melihat hal yang mengkhawatirkan, entah itu feeling seorang anak atau bagaimana. Segera aku berniat pergi ke rumah kakak iparku yang memang seorang Ustadz untuk memanggilnya, tapi tiba-tiba entah kenapa beliau sudah disampingku dan menyuruh semuanya untuk berkumpul dan mengaji.

Surat Yaasin dan Al Mulk, kami lantunkan sejak pukul 5 dan tetangga juga mulai hadir. Kami mengaji hingga Isya, dan setelah semua sholat bergantian termasuk ponakanku yang masih kecil-kecil. Barulah seakan Bapak benar-benar meninggalkan kami. Saat itu pula hujan sangat lebat disertai petir. Hingga pengumuman kematian Bapak di Masjid juga banyak yang kurang mendengar karena suara hujan lebat dan baru tahu di pagi harinya. Begitu besar hikmah melihat sendiri kondisi sakaratul maut orang yang kita sayangi, benar-benar membuatku terus berpikir bagaimana aku kelak nanti saat ajal menjemput.

Semua pengurusan jenazah segera kami urus sendiri hingga siap dikafani. Hanya perlu waktu 3 jam hingga semuanya siap. Aku dan kakakku yang merantau yang benar-benar ikut menyelesaikan hingga mengikat kain kafan itu. Semua sangat larut dan tak kuat menahan sedih sehingga tidak sanggup ikut membalutkan kain kafan itu. Kain kafan yang sudah Bapak persiapkan sendiri jauh-jauh hari. Aku benar-benar kaget saat tahu malam itu. Ternyata tidak hanya itu, Bapak juga ternyata sudah memberi tahu ingin dimakamkan di mana kepada kakak iparku yang tertua. Lagi-lagi aku dibuat terkejut di malam yang paling membuatku sedih dalam hidupku.

Setelah larut malam dan aku masuk ke kamar belakang. Semua sudah mulai tenang. Tapi ternyata kakak iparku yang namanya dipanggil saat Bapak lupa denganku, beberapa hari kemudian bercerita bahwa di sepertiga malam itu, dia seakan mendengar orang-orang berdoa untuk Bapak, padahal sudah cukup sepi dan hanya ada keluarga. Dia seakan melihat para kyai memakai pakaian serba putih ikut hadir. MasyaAllah Bapak, begitu banyak kebaikan yang kau tanam hingga banyak sekali yang mendoakanmu meski kami tidak dapat melihatnya.

Prosesi pemberangkatan jenazah juga menyisakan hikmah besar. Saat pemberangkatan, Pak Kyai yang majlisnya biasa Bapak datangi tiap habis subuh, tiba-tiba hadir. Aku benar-benar tidak menyangka akan hal itu.

Bahkan beliau sendiri yang menyebutkan berbagai kebaikan Bapak sebelum diberangkatkan, banyak hal baik yang Bapak lakukan tanpa kami tahu. Bapak membuatkan kursi lipat yang nyaman untuk para kyai, katanya agar tidak sakit saat memberikan pengajian.

Bapak juga selalu membawa permen agar para jamaah tidak mengantuk, atau saat bertemu anak kecil di Masjid untuk menyenangkan mereka. Bahkan ponakanku bercerita, ada teman kelas ponakanku yang masih SD mengatakan bahwa dia merasa kehilangan seorang kakek di Masjid yang selalu membawa permen, ternyata itu adalah Bapakku. Anak kecil itu langsung menangis sedih ketika tahu bahwa Bapak sudah meninggal.

Salah satu teman Majlis Bapak yang juga seorang Ustadz juga memberitahukan kepada masyarakat bahwa ada anak bungsu Bapak yang masih kuliah dan harus didoakan serta dipastikan selesai dengan baik. Aku benar-benar tidak bisa membendung air mataku.

Aku kira setelah itu Bapak akan langsung dimakamkan, ternyata kami berhenti di Masjid dan Bapak disholatkan oleh begitu banyak orang di Masjid itu. Padahal Bapak selalu berjamaah di Masjid satunya, tapi ternyata Bapak disholatkan di Masjid yang lain. Begitu indah sekali skenarionya, Bapak merasakan kenikmatan berada di dua Masjid besar di desaku hingga akhir hayatnya.

Tiga hari setelah kepergian Bapak, aku harus kembali ke kampus. Saat 7 hari, aku pulang ke rumah. Aku sangat berterimakasih kepada semua Dosen karena selama Bapak kritis hingga wafat aku diberi izin untuk tidak masuk kuliah serta didoakan.

Tidak mudah memang, awal kuliah dan merantau di Ibukota, justru aku kehilangan pusaka hidupku. Tiga bulan pertama, ditinggalkan orang tua itu sungguh berat dan aku hampir menangis setiap malam.Aku bersyukur banyak orang baik yang menenangkanku ketika itu, meskipun ujian lainnya juga mengiringi yang membuatku benar-benar berada di titik rendah dan merasa sangat sendirian. Saat kesedihan itu muncul, kakakku di rumah selalu bercerita tentang mimpinya bertemu Bapak yang sudah bahagia di sana dan terlihat muda. Aku tahu ini juga upaya untuk menghiburku, bahwa semua baik-baik saja.

Selama 3 tahun ini ternyata juga banyak orang bertamu untuk memberitahukan bahwa Bapak kadang hadir di mimpi mereka. Bapak selalu mengenakan pakaian bagus dan terlihat sangat muda. Bahkan ada tamu yang datang mengatakan, jika dia sedang merasa sangat gelisah dan banyak masalah, Bapak hadir di mimpinya dan memberi nasihat serta ketenangan.

Yaa Allah, aku sebagai anaknya merasa iri sekali, aku juga sangat ingin berjumpa. Bahkan di saat aku sangat lelah, rasanya kadang aku ingin menyusul Bapak dan bertemu agar aku bisa menangis kencang di depan Bapak.

Semoga kami, anak dan keturunan Bapak benar-benar bisa meneladani kebaikan Bapak dan berkumpul di syurga Nya kelak.

Lahul Fatihah…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part 2 Mengenal Proses Seleksi Beasiswa LPDP

Part 7-List Topik LGD dan Essay on The Spot LPDP 2016-2017

Part 9-Pengalaman SIMAK UI 2017