NATION BUILDING IS THE BEST-ONE ART PERFORMANCE
![]() |
malam puncak bersama sheila on 7 |
![]() | |
516 Beswan |
Kami
datang dari daerah masing-masing ke Semarang, tepatnya ke hotel Aston di Jalan
MT. Haryono dan hotel Ciputra di Simpang Lima pada hari kamis, 30 Oktober 2014.
Beswan dari Jogjakarta melakukan perjalanan selama 4 jam dari pukul 6 hingga
pukul 10 malam. Sesampainya di hotel masing-masing, kami disambut ramah oleh
pihak hotel dan melakukan prosedur yang ada untuk check in di hotel, setiap
kamar disiapkan untuk 3 orang dan masing-masing diberikan perlengkapan yang
dimasukkan ke dalam goody bag seperti kaos polo, kaos oblong, kemeja, jaket,
gantungan kunci, slim bag, guidebook, dan ucapan selamat dari pembina beasiswa
djarum plus. Fasilitas yang ada dihotel bintang 4 ini telah dipersiapkan semua
dari pihak djarum foundation untuk para penerima beasiswa dari segala penjuru
nusantara. Setelah makan malam yang diberikan, kami segera istirahat untuk
mempersiapkan fisik esok harinya. Namun, kami harus terbangun setidaknya dua
kali karena kedatangan dua teman kami dari daerah yang berbeda dengan jam
kedatangan yang berbeda juga.
![]() |
check in hotel :D |
PRPP
adalah Pusat Rekreasi dan Promosi Pembangunan yang memiliki beberapa gedung
dengan nama-nama pegunungan di Indonesia seperti Merapi, Merbabu, Dieng, dan
sebagainya. Pusat kegiatan ada di Merapi sedangkan acara pentas seni
dilaksanakan di Merbabu. Tim teater berlatih di area teater masing-masing di
luar gedung Merapi, sedangkan tim choir berlatih di Merapi.
Jumat,
31 Oktober 2014 adalah hari pertama kami berkumpul di gedung Merapi. Setelah
turun dari bus beswan angkatan 30 yang terdiri dari 516 mahasiswa nusantara
disambut diatas karpet merah oleh para beswan angkatan 29 yang menjadi LO kami
selama kegiatan berlangsung. Suara lantang yang menyiratkan semangat hari
pertama kami tertuang dari salam khas beswan djarum. “Luar biasa, fantastis,
yes yes yes, beswan beswan djarum yes” itulah jawaban kami saat MC yang dipandu
oleh Gus Ramos dan Gek Aulia bertanya “Apa kabar beswan djarum hari ini?”. Gus
dan Gek adalah sebutan untuk Laki-laki dan Perempuan di bali sebagaimana
panggilan Mas dan Mba kalau di Jawa.
Acara
dimulai dengan perkenalan para pelatih yang merupakan tim dari artis terkenal
yaitu Denny Malik. Tim teater dibagi ke dalam beberapa bagian sesuai dengan
tariannya ada tari pendet, tari burung belibis, tari kecak, tari kreasi dan
lainnya. Sementara tim choir dibagi antara suara sopran, alto, bass dan tenor.
Masing-masing beswan memiliki pengalaman berbeda sesuai dengan pembagian
timnya. Bagi tim teater pasti lebih memakan banyak energi untuk bergerak dan mengulang
tarian, sementara tim choir lebih banyak duduk dan mengulang lirik dan irama 8
lagu yang dipelajari sekaligus dalam satu hari, tim choir selain menyanyi juga
ikut menari pada lagu “Kembalikan Baliku” sebagai penyambutan kepada para tamu
undangan yang hadir.
Hari
pertama merupakan hari terberat karena istirahat yang jauh dari cukup,
penyesuaian suasana, perkenalan dengan teman-teman, dan menghafal serta
memahami 8 lirik lagu yang berbeda bagi tim choir. Kami berlatih dari pukul 8
pagi hingga pukul 10 malam. Waktu istirahat selama 15 menit setelah pembagian
snack pada pukul 10, lalu istirahat 1 jam untuk makan siang dan sholat dhuhur,
istirahat selanjutnya pada pukul 3 hingga setengah 4 untuk sholat ashar dan
makan snack lagi, dan istirahat terakhir pada pukul 6 hingga 7 malam.
Penyesuaian luar biasa untuk tidak memikirkan apapun selain berlatih dan
berlatih untuk memperoleh hasil maksimal. Ini adalah pengalaman luar biasa,
untuk pentas sebesar ini hanya memerlukan pembentukan tim dan latihan 4 hari
saja. Acara luar biasa ini memang harus dilatih oleh para profesional
seperti Gus Denny Malik (tim creator), Gek
Briggita, Ismi, Ibo, mba keyboardist dan Gus Yogi (tim choir).
Selain
berlatih, kami juga diberi kesempatan untuk mengaktivasi akun member kami agar
kami bisa mendapatkan info terbaru seputar kegiatan beswan djarum, kemudian
kami juga membuat kartu loudspot yang merupakan sarana aplikasi loudspot-web
based application service menggunakan teknologi RFID (Radio-frequency
identification). Dengan loudspot ini, kami bisa menyambungkan foto yang kami
diupload melalui stand kamera yang disediakan ke social media seperti facebook
dan twitter. Pengalaman mengantri di siang hari demi aktivasi dan loudspot juga
sesuatu yang berkesan, di saat beswan muslim laki-laki sholat jumat, aku dan
beberapa teman yang tidak ikut sholat jumat rela untuk menunda makan siang
untuk aktivasi tersebut.
Akhirnya
waktu latihan selesai dan kami harus berkumpul sesuai dengan teman satu bis
kami, sesampainya di bis kami hampir sudah tidak sadarkan diri, hampir semua
mata tertutup hingga bis tiba di hotel. Rutinitas tambahan kami selama di
semarang adalah mengantri di lift. Sebanyak 6 bis hotel ciputra dan 7 bis hotel
aston untuk waktu pulang dan pergi yang bersamaan memaksa kami untuk melatih
kesabaran dengan mengantri di lift. Sesampainya di kamar, kami harus mengantri lagi
untuk membersihkan diri kemudian istirahat kurang lebih selama 5 jam bagi yang
bangun pukul 4 untuk sholat shubuh.
Sabtu,
1 November 2014. Permulaan bulan yang berbeda, berbekal pengalaman hari pertama
kamipun lebih siap dan bersemangat untuk latihan pada hari kedua. Seperti
biasa, perjalanan bis melewati pelabuhan Tanjung mas, penyambutan di karpet
merah dan akhirnya berpisah menuju tempat latihan masing-masing. Di hari kedua
ini kami mulai proses pematangan, untuk tim choir kami memulai pemanasan dan
olah vokal, ilmu baru yang aku dapat adalah berlatih suara diafragma, mendesis
dan olah vokal dengan menyanyikan lagu “Bintang Kecil”, tim choir juga di bagi
ke dalam 8 tribun (semacam kelompok paduan suara yang duduk mengelilingi
penonton). Selain berlatih teater dan choir, kami juga berlatih rancak.
Ahad,
2 November 2014. Hari ketiga latihan, tenaga sudah mulai terkuras dan rasa
kekeluargaan sudah mulai tertanam, kami makan bersama, tidur dalam satu tempat,
melakukan perjalanan di bis yang sama, bahkan foto selfie bersama. Hari minggu
ini, aku tidak berangkat bersama semua teman GA7 (Grand Aston 7), karena
sebagian besar dari kami pergi ke gereja untuk beribadah. Salah satu hikmah dari
perjalanan nation building bagi kami adalah pentingnya rasa saling menghargai
dan menghormati umat beragama. Hari jumat adalah waktu bagi muslim untuk sholat
jumat, hari sabtu adalah waktu beribadah teman-teman protestan, sementara hari
minggu adalah waktu beribadah bagi teman-teman katolik. Semua disediakan bis
untuk mengantar jemput ke tempat beribadah.
Satu
hal yang berbeda pada hari ketiga adalah kami berlatih hanya sampai pukul 5
sore, setelah itu kami ganti baju kaos polo nation building dan pergi menuju
gedung 168 (sixteen 8) untuk acara talkshow kebangsaan dengan tema “Menjadi
Pejuangan Keberagaman” yang dipandu oleh Rosiana Silalahi dengan 3 narasumber
luar biasa yaitu Gus Nuril (K.H Nuril Arifin seorang tokoh NU sekaligus pendiri
dan pengasuh pondok pesantren multi agama Soko Tunggal , Romo Frans Magnis-Suseno
seorang tokoh pendidikan dan budayawan Indonesia kelahiran Jerman, dan Nia
Dinata seorang sutradara sekaligus produser wanita berbakat.
Diskusi
tentang keberagaman dari sudut pandang yang berbeda memperluas wawasan kami,
Gus Nuril sebagai pembuka diskusi mengawali dengan mengajak para beswan untuk
saling bersalaman dengan teman duduk sebelahnya dan mengatakan: “apapun
agamamu, apapun pilihan presidenmu, apapun ras mu, kita adalah saudara”. Kemudian
kami melantunkan lagu damai di pimpin oleh beliau, dengan bahasa Indonesia,
bahasa arab dan bahasa inggris. Lalu beliau juga membahas tentang pemerintahan
baru di Indonesia, diharapkan agar tidak terpovokasi oleh tontonan di televisi
yang negatif dan dapat memecah belah persaudaraan. Beliau yakin bahwa para
Beswan Djarum adalah calon pemimpin masa depan yang menjaga patriotisme dan
keberagaman bangsa. Gagasan Indonesia Hebat oleh para pemimpin harus
dicerminkan melalui penegakan hukum dan mengimbau agar generasi muda meyakini
gagasan tersebut.
Dilanjutkan
oleh Romo, beliau menekankan bahwa intoleransi adalah masalah serius di
Indonesia, masyarakat sebenarnya tidak ada masalah dalam keberagaman, yang
bermasalah adalah pihak yang berkepentingan, perbedaan yang ada mengharuskan
kita tetap berangkulan sebagai saudara. Masyarakat hanya dibuat bingung oleh
pertikaian yang mengatasnamakan suku, ras, budaya hingga agama yang akhirnya
memunculkan curiga dan sengketa, mengganggu orang beragama adalah hal yang tidak
beradab, sebaliknya menghargai dan mengakui agama lain bukan berarti
mencampuradukkan keyakinan. Rosiana silalahi menambahkan bahwa memelihara
keberagaman dan toleransi bukan hanya milik tokoh agama, tetapi juga masyarakat
sipil perlu terlibat di dalamnya.
Nia
dinata yang berkecimpung di dunia perfileman mengatakan bahwa kaum minoritas
adalah manusia, sama-sama memiliki hak hidup dan bermasyarakat, baginya film
mampu membuka tabir bahwa kita perlu melihat realita dari kaum yang
terpinggirkan. Sebagai insan yang bergelut di media, Nia berpesan pada generasi
muda agar tidak menelan mentah-mentah informasi di media, pilah dan saring
informasi yang ada agar tidak mudah terprovokasi. Literasi dan melek media
serta harus tahu pihak-pihak yang berusaha memecah belah persatuan adalah hal
yang perlu dilakukan.
Para
Beswan Djarum juga turut aktif berpendapat dan bertanya kepada para pembicara
mengenai keberagaman dan harapan bagi bangsa Indonesia di masa yang akan
datang, di akhir acara Gus Nuril memberikan cinderamata berupa cincin batu yang
dipakainya kepada salah satu penanya dari papua.
Kolaborasi
keempat tokoh luar biasa pada talkshow kali ini adalah pengalaman hebat
ditambah dengan suasana tempat yang mendukung dan kejutan berupa performance
dari project pop yang disambut antusias oleh para Beswan.
Dan
akhir malam yang riuh dengan aksi project pop yang begitu menghibur dan
menghilangkan lelah latihan selama 3 hari ini. Waktu menunjukkan pukul 11 malam
dan kami tiba di hotel masing-masing hampir tengah malam. Tidur selama kurang
lebih 3 jam saja untuk bersiap-siap cultural visit ke Kudus.
Senin,
2 November 2014. Rangkaian agenda selanjutnya adalah perjalanan budaya menuju
kota Kudus, tempat yang pertama kali kami kunjungi adalah kantor djarum tempat
latihan para atlet bulu tangkis untuk transit sementara, perjalanan dilanjutkan
menuju SKT (Sigaret kretek tangan), pabrik rokok djarum coklat dan djarum
spesial yang dilakukan tanpa mesin auto. Di sana kami memiliki waktu setengah
jam untuk melihat-lihat proses pengelintingan dan pengepakan rokok (rolling and
packing), bertanya kepada para pegawai dan mencoba melakukan pekerjaan para
pegawai di sana. Pengalaman mengesankan melihat 5000 pegawai dengan seragam
batik biru yang duduk rapi di depan pekerjaan masing-masing dengan iringan lagu
pop di siang hari.
Untuk
proses rolling dikerjakan tim yang terdiri dari dua orang, satu orang
mengelinting dan satu orang merapikan, target yang harus dicapai satu timnya
adalah 4000 batang rokok selama 7 jam kerja, standar ukuran dilihat dari:
diameter lingkaran yangdiukur oleh alat bernama plong (terdiri dari dua lubang,
yaitu lubang kepala dan ekor rokok) dan kerapihan (ada lem yang mengelupas atau
menceng, istilahnya adalah ngletek dan nyelilit).
Kemudian perjalanan
dilanjutkan ke menara kudus dan para umat muslim berkesempatan untuk berziarah
di makam sunan kudus serta sholat dhuhur di masjid menara kudus, sementara yang
lain pergi membeli oleh-oleh seperti jenang kudus, kerupuk tahu dan sebagainya.
Waktu kami sangat terbatas, hanya 30 menit saja di area menara kudus.
Setelah sholat
dhuhur kami langsung pergi menuju bis, tapi karena penasaran dengan jajanan di depan masjid, akhirnya kami
membeli es dan telor goreng besar terlebih dahulu. Tidak lama setelah
perjalanan kami sampai di kantor utama djarum, lalu kami langsung diarahkan
untuk makan siang dan masuk ke ruangan untuk membatik. Amazing banget, tempat
latihan disulap menjadi tempat membatik lengkap dengan atribut bali dan
panggung untuk para penari bali yang ditarikan oleh anak-anak SMA di kudus.
Setelah makan siang, kami langsung duduk di tempat yang telah disediakan, satu
kompor dan lilin untuk 4 orang. Waktu itu aku mengajak sahabat baruku dari
kalimantan mencari tempat duduk bersama dua anak laki-laki dari semarang dan
purwokerto. Setelah disambut dengan tarian bali, kami diberi arahan untuk
membatik dan mulailah proses membatik tersebut. Banyak sekali celah kekurangan
karena lilin yang terlalu cair atau terlalu tebal. Ada juga yang dengan baik
membatiknya hingga membuat para pengarah yaitu pemilik usaha batik memuji
beberapa teman beswan.Setelah
membatik, kami harus segera pergi menuju ke semarang untuk gladi resik sebelum
hari pertunjukan besok. Sampai PRPP, kami langsung harus fokus dengan latihan
gabungan semua beswan.
Tanggal 3
November 2014, hari Selasa itupun tiba, hari ini adalah hari pertunjukan kami
yang sudah ditunggu oleh banyak pemirsa kompas TV. Dari pagi hingga ashar, kami
berlatih secara totalitas, kemudian kami berganti baju dengan kemeja djarum dan
diberi kesempatan untuk merasakan tunnel in experience seperti di Bali. Ada
sebagian area yang disulap menjadi suasana Bali, lengkap dengan atribut,
gamelan, pasir dan pantai, dan juga ibu-ibu yang membuat sesajen bunga untuk
sembahyang. Kami hanya memiliki waktu yang terbatas untuk merasakan semua itu.
Aku berkesempatan berbincang dengan salah satu dari penabuh gamelan, Bapak itu
menceritakan bahwa mereka adalah seniman Bali yang hidup di Semarang dan
konsisten melestarikan seni Bali di Semarang, beliau juga menunjukkan salah
satu temannya yang masih muda berasal dari Yogyakarta yang kuliah di ISI
Yogyakarta dan sekarang tinggal di Semarang.
Setelah kami
mengabadikan beberapa suasana Bali di tunnel, kamipun segera untuk bersiap-siap
makan malam sebelum brieving untuk performance yang disiarkan secara langsung
di kompas TV jam 20.00 WIB. Suasana di belakang panggung begitu riuh oleh 516
beswan djarum yang bersiap dengan kostum, posisi dan peran mereka
masing-masing. Sungguh pengalaman luar biasa, akhirnya salah satu impianku
untuk menjadi bagian dari art performance terbesar terwujud sudah, walau aku
hanya mengambil bagian kecil sebagai tim paduan suara yang menyanyikan 8 lagu
dengan latihan 4 hari saja. Aku masih memimpikan untuk bisa menampilkan budaya
Indonesia di kancah internasional, semoga segera terwujud.
Dan performance
pun berlangsung, antusias dari penonton membuat kami bersemangat untuk
menampilkan yang terbaik. Dan waktu itu cepat sekali berlalu, setelah acara aku
mencuri kesempatan untuk berfoto bersama para pelatih super hebat yang pernah
aku temui.
Dan malam
puncak pun akhirnya tiba, kami disuruh pergi ke luar gedung dan sudah ada
panggung outdoor siap di sana, kembali artis Indonesia mengejutkan kami, dia
adalah sheila on 7, grup band kawakan yang sudah lama tidak muncul ini masih
bisa menggemparkan bumi PRPP dan menjadi momentum tersendiri bagi para beswan.
Kejutan berikutnya adalah hujan deras disertai angin kencang datang tiba-tiba
dan konser masih berlangsung hingga kembang api warna warni mulai memecah malam
yang luar biasa itu.
Karena hujan
terlalu, terpaksa kami harus segera pulang ke hotel untuk bersiap-siap packing
dan meninggalkan kota semarang. Regional dari Jakarta harus pulang malam itu
juga karena berpacu waktu dengan jam terbang pesawat untuk ke Sumatra bagi
beswan yang berasal dari pulau Sumatera itu.
Kenangan
terindah di penghujung tahun 2014 ini benar-benar membuatku terpaku dan terus
saja hanyut dalam setiap detik kebersamaan terutama dengan teman sekamar Ika
dari USU dan Cindy dari Poltek Malang. Mereka berdua sangat unik dan membuatku
terkesan. Sampai jumpa lagi beswan as the best one :D
#DAMAI_BUMI_DEWATA
#MALAM_DHARMA_PURUHITA
![]() |
bikin sesajen >,< |
![]() |
all dancer of BESWAN (BEST ONE) :D |
Hai kak. Aku beswan 31
BalasHapusRasanya terbwa bgt sm tulisan kk
😉
hai maharani,,,,
BalasHapusenjoy your NB yaaaa,,,,,,,,,,,