NATION BUILDING IS THE BEST-ONE ART PERFORMANCE



malam puncak bersama sheila on 7
Nation Building adalah sebuah program softskill yang diberikan oleh djarum foundation kepada para penerima beasiswa djarum plus atau biasa disebut beswan untuk menambah kecintaan pada negeri dan memperluas pengetahuan tentang budaya Indonesia. Setiap tahun para beswan akan mengikuti acara ini di semarang, acara ini dapat dikatakan sebagai acara sakral karena selain mementaskan salah satu seni daerah, acara ini juga sebagai peresmian para beswan sebagai bagian dari keluarga besar djarum foundation. Dalam program nation building  terdapat beberapa kegiatan  yang memperkaya khasanah budaya bangsa antara lain talkshow kebangsaan yang kali ini bertemakan “Menjadi  Pejuang Keberagaman”, cultural visit ke pabrik kretek kudus dan menara kudus, proses membatik masal, dan pagelaran seni dengan tema “Damai Bumi Dewata” dengan drama musikal, latar belakang suasana Bali, lengkap dengan aksi tarian, pagelaran dan nyanyian khas Bali oleh para Beswan yang dilatih selama 4 hari.

516 Beswan
Sebagai penerima beasiswa, kami para beswan angkatan 30 tahun 2014/2015 mendapat kesempatan mengikuti rangkaian program nation building yang hanya ada satu kali seumur hidup selama menjadi beswan. Kami telah mempersiapkan segala keperluan jauh sebelum hari H. Koper, pembagian tugas teater dan choir, tata tertib dan apa saja yang harus kami bawa telah diinformasikan oleh pihak djarum foundation melalui pembina di masing-masing daerah. Acara yang diikuti oleh para beswan dari 34 propinsi dengan lebih dari 100 universitas dan 516 mahasiswa. Kami dibagi menjadi 4 distrik yaitu Semarang meliputi Jawa tengah dan Jogjakarta, Bandung meliputi wilayah Bandung, Bogor, Tasikmalaya dan Jawa barat, Jakarta meliputi daerah Aceh, Sumatra, Sulawesi dan Jakarta, serta Surabaya meliputi Papua, NTT, NTB, Kalimantan dan Jawa timur.

Kami datang dari daerah masing-masing ke Semarang, tepatnya ke hotel Aston di Jalan MT. Haryono dan hotel Ciputra di Simpang Lima pada hari kamis, 30 Oktober 2014. Beswan dari Jogjakarta melakukan perjalanan selama 4 jam dari pukul 6 hingga pukul 10 malam. Sesampainya di hotel masing-masing, kami disambut ramah oleh pihak hotel dan melakukan prosedur yang ada untuk check in di hotel, setiap kamar disiapkan untuk 3 orang dan masing-masing diberikan perlengkapan yang dimasukkan ke dalam goody bag seperti kaos polo, kaos oblong, kemeja, jaket, gantungan kunci, slim bag, guidebook, dan ucapan selamat dari pembina beasiswa djarum plus. Fasilitas yang ada dihotel bintang 4 ini telah dipersiapkan semua dari pihak djarum foundation untuk para penerima beasiswa dari segala penjuru nusantara. Setelah makan malam yang diberikan, kami segera istirahat untuk mempersiapkan fisik esok harinya. Namun, kami harus terbangun setidaknya dua kali karena kedatangan dua teman kami dari daerah yang berbeda dengan jam kedatangan yang berbeda juga.

check in hotel  :D
Pagi hari di Semarang menyambut kami dengan indah, kebetulan pemandangan dibalik jendela kamar yang terletak di lantai 7 cukup menyejukkan mata. Kami segera bersiap-siap untuk menuju lantai 3 untuk sarapan dengan menu sehat dan penuh gizi yang beragam dan kami bebas memilihnya, waktu untuk sarapan dimulai sejak pukul 6 hingga pukul 8 pagi. Sekitar jam 7.45 kami harus sudah bersiap di dalam bis yang akan membawa kami ke tempat latihan di PRPP yang terletak di sekitar pelabuhan.
PRPP adalah Pusat Rekreasi dan Promosi Pembangunan yang memiliki beberapa gedung dengan nama-nama pegunungan di Indonesia seperti Merapi, Merbabu, Dieng, dan sebagainya. Pusat kegiatan ada di Merapi sedangkan acara pentas seni dilaksanakan di Merbabu. Tim teater berlatih di area teater masing-masing di luar gedung Merapi, sedangkan tim choir berlatih di Merapi. 

Jumat, 31 Oktober 2014 adalah hari pertama kami berkumpul di gedung Merapi. Setelah turun dari bus beswan angkatan 30 yang terdiri dari 516 mahasiswa nusantara disambut diatas karpet merah oleh para beswan angkatan 29 yang menjadi LO kami selama kegiatan berlangsung. Suara lantang yang menyiratkan semangat hari pertama kami tertuang dari salam khas beswan djarum. “Luar biasa, fantastis, yes yes yes, beswan beswan djarum yes” itulah jawaban kami saat MC yang dipandu oleh Gus Ramos dan Gek Aulia bertanya “Apa kabar beswan djarum hari ini?”. Gus dan Gek adalah sebutan untuk Laki-laki dan Perempuan di bali sebagaimana panggilan Mas dan Mba kalau di Jawa.

Acara dimulai dengan perkenalan para pelatih yang merupakan tim dari artis terkenal yaitu Denny Malik. Tim teater dibagi ke dalam beberapa bagian sesuai dengan tariannya ada tari pendet, tari burung belibis, tari kecak, tari kreasi dan lainnya. Sementara tim choir dibagi antara suara sopran, alto, bass dan tenor. Masing-masing beswan memiliki pengalaman berbeda sesuai dengan pembagian timnya. Bagi tim teater pasti lebih memakan banyak energi untuk bergerak dan mengulang tarian, sementara tim choir lebih banyak duduk dan mengulang lirik dan irama 8 lagu yang dipelajari sekaligus dalam satu hari, tim choir selain menyanyi juga ikut menari pada lagu “Kembalikan Baliku” sebagai penyambutan kepada para tamu undangan yang hadir.

Hari pertama merupakan hari terberat karena istirahat yang jauh dari cukup, penyesuaian suasana, perkenalan dengan teman-teman, dan menghafal serta memahami 8 lirik lagu yang berbeda bagi tim choir. Kami berlatih dari pukul 8 pagi hingga pukul 10 malam. Waktu istirahat selama 15 menit setelah pembagian snack pada pukul 10, lalu istirahat 1 jam untuk makan siang dan sholat dhuhur, istirahat selanjutnya pada pukul 3 hingga setengah 4 untuk sholat ashar dan makan snack lagi, dan istirahat terakhir pada pukul 6 hingga 7 malam. Penyesuaian luar biasa untuk tidak memikirkan apapun selain berlatih dan berlatih untuk memperoleh hasil maksimal. Ini adalah pengalaman luar biasa, untuk pentas sebesar ini hanya memerlukan pembentukan tim dan latihan 4 hari saja. Acara luar biasa ini memang harus dilatih oleh para profesional seperti  Gus Denny Malik (tim creator), Gek Briggita, Ismi, Ibo, mba keyboardist dan Gus Yogi (tim choir).

Selain berlatih, kami juga diberi kesempatan untuk mengaktivasi akun member kami agar kami bisa mendapatkan info terbaru seputar kegiatan beswan djarum, kemudian kami juga membuat kartu loudspot yang merupakan sarana aplikasi loudspot-web based application service menggunakan teknologi RFID (Radio-frequency identification). Dengan loudspot ini, kami bisa menyambungkan foto yang kami diupload melalui stand kamera yang disediakan ke social media seperti facebook dan twitter. Pengalaman mengantri di siang hari demi aktivasi dan loudspot juga sesuatu yang berkesan, di saat beswan muslim laki-laki sholat jumat, aku dan beberapa teman yang tidak ikut sholat jumat rela untuk menunda makan siang untuk aktivasi tersebut.

Akhirnya waktu latihan selesai dan kami harus berkumpul sesuai dengan teman satu bis kami, sesampainya di bis kami hampir sudah tidak sadarkan diri, hampir semua mata tertutup hingga bis tiba di hotel. Rutinitas tambahan kami selama di semarang adalah mengantri di lift. Sebanyak 6 bis hotel ciputra dan 7 bis hotel aston untuk waktu pulang dan pergi yang bersamaan memaksa kami untuk melatih kesabaran dengan mengantri di lift. Sesampainya di kamar, kami harus mengantri lagi untuk membersihkan diri kemudian istirahat kurang lebih selama 5 jam bagi yang bangun pukul 4 untuk sholat shubuh.

Sabtu, 1 November 2014. Permulaan bulan yang berbeda, berbekal pengalaman hari pertama kamipun lebih siap dan bersemangat untuk latihan pada hari kedua. Seperti biasa, perjalanan bis melewati pelabuhan Tanjung mas, penyambutan di karpet merah dan akhirnya berpisah menuju tempat latihan masing-masing. Di hari kedua ini kami mulai proses pematangan, untuk tim choir kami memulai pemanasan dan olah vokal, ilmu baru yang aku dapat adalah berlatih suara diafragma, mendesis dan olah vokal dengan menyanyikan lagu “Bintang Kecil”, tim choir juga di bagi ke dalam 8 tribun (semacam kelompok paduan suara yang duduk mengelilingi penonton). Selain berlatih teater dan choir, kami juga berlatih rancak.

Ahad, 2 November 2014. Hari ketiga latihan, tenaga sudah mulai terkuras dan rasa kekeluargaan sudah mulai tertanam, kami makan bersama, tidur dalam satu tempat, melakukan perjalanan di bis yang sama, bahkan foto selfie bersama. Hari minggu ini, aku tidak berangkat bersama semua teman GA7 (Grand Aston 7), karena sebagian besar dari kami pergi ke gereja untuk beribadah. Salah satu hikmah dari perjalanan nation building bagi kami adalah pentingnya rasa saling menghargai dan menghormati umat beragama. Hari jumat adalah waktu bagi muslim untuk sholat jumat, hari sabtu adalah waktu beribadah teman-teman protestan, sementara hari minggu adalah waktu beribadah bagi teman-teman katolik. Semua disediakan bis untuk mengantar jemput ke tempat beribadah.

Satu hal yang berbeda pada hari ketiga adalah kami berlatih hanya sampai pukul 5 sore, setelah itu kami ganti baju kaos polo nation building dan pergi menuju gedung 168 (sixteen 8) untuk acara talkshow kebangsaan dengan tema “Menjadi Pejuangan Keberagaman” yang dipandu oleh Rosiana Silalahi dengan 3 narasumber luar biasa yaitu Gus Nuril (K.H Nuril Arifin seorang tokoh NU sekaligus pendiri dan pengasuh pondok pesantren multi agama Soko Tunggal , Romo Frans Magnis-Suseno seorang tokoh pendidikan dan budayawan Indonesia kelahiran Jerman, dan Nia Dinata seorang sutradara sekaligus produser wanita berbakat.

Diskusi tentang keberagaman dari sudut pandang yang berbeda memperluas wawasan kami, Gus Nuril sebagai pembuka diskusi mengawali dengan mengajak para beswan untuk saling bersalaman dengan teman duduk sebelahnya dan mengatakan: “apapun agamamu, apapun pilihan presidenmu, apapun ras mu, kita adalah saudara”. Kemudian kami melantunkan lagu damai di pimpin oleh beliau, dengan bahasa Indonesia, bahasa arab dan bahasa inggris. Lalu beliau juga membahas tentang pemerintahan baru di Indonesia, diharapkan agar tidak terpovokasi oleh tontonan di televisi yang negatif dan dapat memecah belah persaudaraan. Beliau yakin bahwa para Beswan Djarum adalah calon pemimpin masa depan yang menjaga patriotisme dan keberagaman bangsa. Gagasan Indonesia Hebat oleh para pemimpin harus dicerminkan melalui penegakan hukum dan mengimbau agar generasi muda meyakini gagasan tersebut.

Dilanjutkan oleh Romo, beliau menekankan bahwa intoleransi adalah masalah serius di Indonesia, masyarakat sebenarnya tidak ada masalah dalam keberagaman, yang bermasalah adalah pihak yang berkepentingan, perbedaan yang ada mengharuskan kita tetap berangkulan sebagai saudara. Masyarakat hanya dibuat bingung oleh pertikaian yang mengatasnamakan suku, ras, budaya hingga agama yang akhirnya memunculkan curiga dan sengketa, mengganggu orang beragama adalah hal yang tidak beradab, sebaliknya menghargai dan mengakui agama lain bukan berarti mencampuradukkan keyakinan. Rosiana silalahi menambahkan bahwa memelihara keberagaman dan toleransi bukan hanya milik tokoh agama, tetapi juga masyarakat sipil perlu terlibat di dalamnya.

Nia dinata yang berkecimpung di dunia perfileman mengatakan bahwa kaum minoritas adalah manusia, sama-sama memiliki hak hidup dan bermasyarakat, baginya film mampu membuka tabir bahwa kita perlu melihat realita dari kaum yang terpinggirkan. Sebagai insan yang bergelut di media, Nia berpesan pada generasi muda agar tidak menelan mentah-mentah informasi di media, pilah dan saring informasi yang ada agar tidak mudah terprovokasi. Literasi dan melek media serta harus tahu pihak-pihak yang berusaha memecah belah persatuan adalah hal yang perlu dilakukan.

Para Beswan Djarum juga turut aktif berpendapat dan bertanya kepada para pembicara mengenai keberagaman dan harapan bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang, di akhir acara Gus Nuril memberikan cinderamata berupa cincin batu yang dipakainya kepada salah satu penanya dari papua.
Kolaborasi keempat tokoh luar biasa pada talkshow kali ini adalah pengalaman hebat ditambah dengan suasana tempat yang mendukung dan kejutan berupa performance dari project pop yang disambut antusias oleh para Beswan.

Dan akhir malam yang riuh dengan aksi project pop yang begitu menghibur dan menghilangkan lelah latihan selama 3 hari ini. Waktu menunjukkan pukul 11 malam dan kami tiba di hotel masing-masing hampir tengah malam. Tidur selama kurang lebih 3 jam saja untuk bersiap-siap cultural visit ke Kudus.

Senin, 2 November 2014. Rangkaian agenda selanjutnya adalah perjalanan budaya menuju kota Kudus, tempat yang pertama kali kami kunjungi adalah kantor djarum tempat latihan para atlet bulu tangkis untuk transit sementara, perjalanan dilanjutkan menuju SKT (Sigaret kretek tangan), pabrik rokok djarum coklat dan djarum spesial yang dilakukan tanpa mesin auto. Di sana kami memiliki waktu setengah jam untuk melihat-lihat proses pengelintingan dan pengepakan rokok (rolling and packing), bertanya kepada para pegawai dan mencoba melakukan pekerjaan para pegawai di sana. Pengalaman mengesankan melihat 5000 pegawai dengan seragam batik biru yang duduk rapi di depan pekerjaan masing-masing dengan iringan lagu pop di siang hari.

Untuk proses rolling dikerjakan tim yang terdiri dari dua orang, satu orang mengelinting dan satu orang merapikan, target yang harus dicapai satu timnya adalah 4000 batang rokok selama 7 jam kerja, standar ukuran dilihat dari: diameter lingkaran yangdiukur oleh alat bernama plong (terdiri dari dua lubang, yaitu lubang kepala dan ekor rokok) dan kerapihan (ada lem yang mengelupas atau menceng, istilahnya adalah ngletek dan nyelilit). 

Kemudian perjalanan dilanjutkan ke menara kudus dan para umat muslim berkesempatan untuk berziarah di makam sunan kudus serta sholat dhuhur di masjid menara kudus, sementara yang lain pergi membeli oleh-oleh seperti jenang kudus, kerupuk tahu dan sebagainya. Waktu kami sangat terbatas, hanya 30 menit saja di area menara kudus.


Setelah sholat dhuhur kami langsung pergi menuju bis, tapi karena penasaran dengan jajanan di depan masjid, akhirnya kami membeli es dan telor goreng besar terlebih dahulu. Tidak lama setelah perjalanan kami sampai di kantor utama djarum, lalu kami langsung diarahkan untuk makan siang dan masuk ke ruangan untuk membatik. Amazing banget, tempat latihan disulap menjadi tempat membatik lengkap dengan atribut bali dan panggung untuk para penari bali yang ditarikan oleh anak-anak SMA di kudus. Setelah makan siang, kami langsung duduk di tempat yang telah disediakan, satu kompor dan lilin untuk 4 orang. Waktu itu aku mengajak sahabat baruku dari kalimantan mencari tempat duduk bersama dua anak laki-laki dari semarang dan purwokerto. Setelah disambut dengan tarian bali, kami diberi arahan untuk membatik dan mulailah proses membatik tersebut. Banyak sekali celah kekurangan karena lilin yang terlalu cair atau terlalu tebal. Ada juga yang dengan baik membatiknya hingga membuat para pengarah yaitu pemilik usaha batik memuji beberapa teman beswan.Setelah membatik, kami harus segera pergi menuju ke semarang untuk gladi resik sebelum hari pertunjukan besok. Sampai PRPP, kami langsung harus fokus dengan latihan gabungan semua beswan.
 
Tanggal 3 November 2014, hari Selasa itupun tiba, hari ini adalah hari pertunjukan kami yang sudah ditunggu oleh banyak pemirsa kompas TV. Dari pagi hingga ashar, kami berlatih secara totalitas, kemudian kami berganti baju dengan kemeja djarum dan diberi kesempatan untuk merasakan tunnel in experience seperti di Bali. Ada sebagian area yang disulap menjadi suasana Bali, lengkap dengan atribut, gamelan, pasir dan pantai, dan juga ibu-ibu yang membuat sesajen bunga untuk sembahyang. Kami hanya memiliki waktu yang terbatas untuk merasakan semua itu. Aku berkesempatan berbincang dengan salah satu dari penabuh gamelan, Bapak itu menceritakan bahwa mereka adalah seniman Bali yang hidup di Semarang dan konsisten melestarikan seni Bali di Semarang, beliau juga menunjukkan salah satu temannya yang masih muda berasal dari Yogyakarta yang kuliah di ISI Yogyakarta dan sekarang tinggal di Semarang.

Setelah kami mengabadikan beberapa suasana Bali di tunnel, kamipun segera untuk bersiap-siap makan malam sebelum brieving untuk performance yang disiarkan secara langsung di kompas TV jam 20.00 WIB. Suasana di belakang panggung begitu riuh oleh 516 beswan djarum yang bersiap dengan kostum, posisi dan peran mereka masing-masing. Sungguh pengalaman luar biasa, akhirnya salah satu impianku untuk menjadi bagian dari art performance terbesar terwujud sudah, walau aku hanya mengambil bagian kecil sebagai tim paduan suara yang menyanyikan 8 lagu dengan latihan 4 hari saja. Aku masih memimpikan untuk bisa menampilkan budaya Indonesia di kancah internasional, semoga segera terwujud.

Dan performance pun berlangsung, antusias dari penonton membuat kami bersemangat untuk menampilkan yang terbaik. Dan waktu itu cepat sekali berlalu, setelah acara aku mencuri kesempatan untuk berfoto bersama para pelatih super hebat yang pernah aku temui.

Dan malam puncak pun akhirnya tiba, kami disuruh pergi ke luar gedung dan sudah ada panggung outdoor siap di sana, kembali artis Indonesia mengejutkan kami, dia adalah sheila on 7, grup band kawakan yang sudah lama tidak muncul ini masih bisa menggemparkan bumi PRPP dan menjadi momentum tersendiri bagi para beswan. Kejutan berikutnya adalah hujan deras disertai angin kencang datang tiba-tiba dan konser masih berlangsung hingga kembang api warna warni mulai memecah malam yang luar biasa itu.

Karena hujan terlalu, terpaksa kami harus segera pulang ke hotel untuk bersiap-siap packing dan meninggalkan kota semarang. Regional dari Jakarta harus pulang malam itu juga karena berpacu waktu dengan jam terbang pesawat untuk ke Sumatra bagi beswan yang berasal dari pulau Sumatera itu.

Kenangan terindah di penghujung tahun 2014 ini benar-benar membuatku terpaku dan terus saja hanyut dalam setiap detik kebersamaan terutama dengan teman sekamar Ika dari USU dan Cindy dari Poltek Malang. Mereka berdua sangat unik dan membuatku terkesan. Sampai jumpa lagi beswan as the best one :D
#DAMAI_BUMI_DEWATA
#MALAM_DHARMA_PURUHITA

 
Cindy, Ika and Me ^,^

bikin sesajen >,<

all dancer of BESWAN (BEST ONE) :D

Komentar

  1. Hai kak. Aku beswan 31
    Rasanya terbwa bgt sm tulisan kk
    😉

    BalasHapus
  2. hai maharani,,,,

    enjoy your NB yaaaa,,,,,,,,,,,

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part 2 Mengenal Proses Seleksi Beasiswa LPDP

Part 7-List Topik LGD dan Essay on The Spot LPDP 2016-2017

Part 9-Pengalaman SIMAK UI 2017